Sabtu, 26 Desember 2009

hasil analisis korelasi antar stasiun hujan DIY

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI STASIUN HUJAN DIY

 

Hujan merupakan salah satu dinamika atmosfer yang sangat penting dalam siklus hidrologi. Skilus hidrologi merupakan pengontrol dari siklus hujan dan dinamika atmosfer. Analisis hujan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Sebelum data hujan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan data hujan tersebut haruslah diolah terlebih dahulu. Data hujan tersebut harus dilengkapi terlebih dahulu dan isi. Setelah diisi dan dilengkapi maka dilakukan uji konsistensi dan korelasi.  Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat korelasi antar stasiun hujan.

Uji korelasi antar stasiun hujan dilakukan pada 32 stasiun hujan DIY. Stasiun hujan tersebut dipilih bebrpa buah stasiun untuk di uji korelasi antar stasiun hujannya. Stasiun hujan yang diambil adalah stasiun hujan yang berdekatan. Sebagai contoh seperti pada Stasiun Kaliurang dan Ngipiksari yang mempunyai jarak antar stasiun sebesar 2,6 km. Uji korelasi dilakukan dengan membandingkan nilai R dengan jarak antar stasiun. Dari hasil perhitungan didapatkan berbagai variasi nilai R. Ternyata didapatkan bahwa variasi nilai R juga menunjukkan variasi nilai jarak. Nilai R dan jarak antar stasiun hujan tersebut diplotkan dalam grafik.

Stasiun

Jarak (Km)

R

Kenteng - Wijilan

5,7

0,9901

Kenteng - Sentolo

8,55

0,9631

Kenteng - Sami Galuh

12,11

0,9856

Kenteng - Sendang Pitu

8,65

0,9528

Kenteng - Gesikan

16,61

0,9356

Stasiun Kaliurang-Ngipiksari

2,6

0,9752

Stasiun Kaliurang-Banjarharjo

5,73

0,9645

Stasiun Kaliurang-Babadan

1,28

0,9759

Stasiun Kaliurang-Turi

3,76

0,9484

Stasiun Kaliurang-Tempel

11,51

0,9595

Stasiun Adisucipto-Condong catur

1,12

0,9742

Stasiun Adisucipto-Gondangan

2,23

0,9756

Stasiun Adisucipto-Wonocatur

4

0,9901

Stasiun Adisucipto-Jambon

5,56

0,9889

Stasiun Adisucipto-Jogja

5,95

0,9916

Stasiun Adisucipto-Ngelo

7,11

0,9903

Stasiun Umbulharjo-Sonayan

2,49

0,9836

Stasiun Umbulharjo-Yogya DPU

8,87

0,9817

Stasiun Umbulharjo-Wonocatur

9,89

0,9942

Stasiun Umbulharjo-Jatingarang

11,4

0,9795

Stasiun Umbulharjo-Jambon

11,16

0,9691

Stasiun Wonosari-Kenatan

16,54

0,9397

Stasiun Wonosari-Wates

18,42

0,9015

Stasiun Wonosari-Gedangsari

13,23

0,9428

Stasiun Wonosari-Tepus

28,14

0,8391

Stasiun Wonosari-Semin

24,41

0,9520

Stasiun Jambon-Wonocatur

3,99

0,972

Stasiun Jambon-Yogjakarta

2,18

0,933

Stasiun Jambon-Jatingarang

4,5

0,933

Stasiun Jambon-Gesikan

9,87

0,946

Stasiun Jambon-Condongcatur

5,52

0,983

Stasiun Ngelo-Meguwo

4,65

0,939

Stasiun Ngelo-Gondangan

5,21

0,959

Stasiun Ngelo-Lanud

6,94

0,990

Stasiun Ngelo-Banjarharjo

14,18

0,968

Stasiun Ngelo-Tempel

10,12

0,961

Stasiun Sendang Pitu-Wijilan

3,41

0,971

Stasiun Sendang Pitu-Samigaluh

11,53

0,972

Stasiun Sendang Pitu-Kenteng

8,46

0,953

Stasiun Sendang Pitu-Lanud

14,55

0,981

Stasiun Sendang Pitu-Gesikan

14,44

0,984

Stasiun Wates-Umbulharjo

2,29

0,916

Stasiun Wates-Sonayan

2,48

0,912

Stasiun Wates-Kenatan

9,43

0,918

Stasiun Wates-Wonosari

18,29

0,901

Stasiun Wates-Jatingarang

13,7

0,879

Stasiun Babadan-Banjarharjo

4,92

0,9830

Stasiun Babadan-Kaliurang

1,24

0,9760

Stasiun Babadan-Meguwo

11,97

0,9590

Stasiun Babadan-Ngipiksari

3,63

0,9750

Stasiun Babadan-Turi

4,6

0,9690

Stasiun Jetis-Jatingarang

4,66

0,9480

Stasiun Jetis-Gesikan

5

0,9680

Stasiun Jetis-Jambon

7,5

0,9650

Stasiun Jetis-Yogyakarta

8,56

0,9800

Stasiun Jetis-Wonopeti

11,51

0,9620

Stasiun Ngipiksari-Turi

2,17

0,9630

Stasiun Ngipiksari-Kaliurang

2,23

0,9750

Stasiun Ngipiksari-Babadan

3,92

0,9750

Stasiun Ngipiksari-Banjarharjo

7,89

0,9810

Stasiun Ngipiksari-Tempel

11,36

0,9800

Stasiun Wonocatur-Gondangan

3,72

0,9770

Stasiun Wonocatur-Lanud Adisucipto

4,25

0,9900

Stasiun Wonocatur-Condongcatur

3,29

0,9600

Stasiun Wonocatur-Jambon

3,91

0,9720

Stasiun Wonocatur-Yogyakarta

3,25

0,9910

Sumber : Hasil perhitungan

 

 

Grafik dibawah ini menunjukkan adanya hubungan yang negatif. Artinya bahwa semakin nilai R (sumbu Y) mendekati satu dan mempunyai jarak (sumbu X) yang relatif kecil maka stasiun hujan tersebut semakin berkorelasi. Semakin jauh jarak dan semakin kecil nilai R maka korelasi antar stasiunnya akan semakin kecil (melemah). Dilihat juga dalam grafik dibawah ini bahwa ternyata sebagian stasiun hujan yang telah dilakukan uji krorelasi menunjukkan korelasi antar stasiun, kecenderungan nilai R relatif besar dan jarak antar stasiun relatif dekat. Seperti Stasiun Wonosari dan Tepus yang mempunyai korelasi yang rendah, jarak antar stasiun sangat besar, dan nilai R rendah. Sehingga korelasi antar stasiun tersebut tergolong rendah.

 

Sumber : Hasil perhitungan

 

 

Korelasi antar stasiun dapat menunjukkan berbagai kondisi. Apabila korelasi menunjukkan korelasi yang besar ataupun kuat maka dapat dikatakan bahwa stasiun tersebut masih salaing mepengarui dan dipengaruhi oleh stasiun hujan yang berada disekitarnya. Apabila berkorelasi rendah maka stasiun hujan tersebut tidak dipengaruhi dan mempengaruhi stasiun disekitarnya (terdekat). Korelasi stasiun hujan ini juga menunjukkan kondisi stasiun hujan. Kondisi topografi akan berpengaruh terhadap kondisi data stasiun hujan. Daerah yang bertopografi bergunung dengan daerah yang bertopografi datar tentu saja akan berbeda kondisinya. Sehingga faktor fisik (topografi) mempengaruhi korelasi antar stasiun hujan selain jarak dan nilai R.

Semua itu juga tak terlepas dari dinamika atmosfer yang terjadi, suatu daerah akan memepunyai dinamika atmosfer yang berbeda dengan daerah yang lainnya. Dinamika atmosfer tersebut lebih dipengaruhi oleh kondisi atmosfer sekitar. Pada skala mikro akan berpengaruh pada lingkup area yang kecil saja. Dinamika atmosfer inilah yang jug menyebabkan adanya variasi nilai R. dinamika atmosfer sangatlah dikontrol oleh siklus hidrologi yang terjadi. Siklus hidrologi memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Hujan merupakan salah satu konponen dari proses hidrologi yang akan sangat menentukan kondisi hidrologi yang lainnya seperti kondisi dan kondisi airtanah, air permukaan.

 

 

 

Pustaka

 

Weisner, C.J. 1970. Hidrometeorology. London: Chapman and Hall Ltd.

http://balitklimat.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=122&Itemid=71 diakses tanggal 19 Desember 2009 pukul 20.08 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar